Friday, October 2, 2009

Sutra Bodhisattva Maitreya Mencapai Kesempurnaan Buddha


Sutra Bodhisattva Maitreya Mencapai Kesempurnaan Buddha



Translated from the Sankrit into Chinese, by:

Tripitaka Master Kumarajiva

Rendered into English from the Chinese, by:

Upasika Yang Tzu Ming-revised, by: Peter Y. T. Liu

Rendered into Indonesian from the English-revised, by:

Upasaka Culla Sukkha Dharmaputra



Sutra Bodhisattva Maitreya Mencapai Kesempurnaan Buddha


Demikian yang kudengar:

Pada suatu ketika Sakyamuni Tathagata, Arahat, Samyak-sambuddha, Vidya-carana-sampanna, Sugata, Lokavid, Anuttara, Purusa-damya-sarathi, Sasta-deva-manusyanam, Buddha-lokanatha ; bhagawan, sedang berada di atas gunung Pasa yang terletak di Magadha, di tempat tersebut para Buddha di masa lampau menaklukkan Mara. Hari itu saat penyepian musim panas-Nya, Sang Buddha berjalan-jalan keatas puncak gunung tersebut bersama Bhikku Sariputra, dan mengatakan syair berikut:


“Dengarkanlah dengan seksama dan penuh perhatian. Seorang pria dengan kecemerlangan, Samadhi yang menakjubkan dan kualitas kebajikan yang tidak tertandingi, akan segera terlahir ke dunia. Dia akan membabarkan Dharma yang indah dan memuaskan semua mahkluk. Ketika mendengarkan dharma-Nya, ialah seperti meminum sari keabadian bagi seseorang yang tengah dilanda kehausan berat, dan akan menghasilkan pembebasan segera.”


Lalu setelah beberapa lama kemudian, saat itu, ke-4 jenis kerumunan kumpulan pencinta Dharma (catvarah parsadah : bhikku, bhikkuni, upasaka, upasika) dan lainnya, memenuhi sepanjang jalanan yang dilalui, berarak-arak, sambil membakar dupa wewangian. Mereka semua datang berkumpul mengitari Sang Buddha, Para umat awam membawakan persembahan berbagai rupa kepada Buddha dan Sangha. Mereka memandangi Buddha layaknya anak kandung memandangi ayahanda terkasih. Mereka merindukan sang Ayahanda Dharma (ketika sebelum berjumpa), seperti seorang tengah dilanda kehausan berat merindukan untuk meminum air segar pelepas dahaga. Sekarang, mereka semua telah memiliki maksud tujuan yang sama, berkeinginan untuk memohon Sang Raja Dharma memutarkan roda Dharma sejati. Dengan diam menjaga keheningan indriya mereka, secara berkelanjutan mereka memantapkan perhatian dari pikiran mereka kepada Buddha.


Pada waktu itu, para bhikku, bhikkuni, upasaka, upasika, serta umat lainnya dan ke-8 kelompok makhluk bukan manusia (asta gatyah) yaitu: dewa, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinnara, dan mahoraga, kesemuanya bangkit dari tempat duduk mereka, berjalan memutari dari kanan ke kiri dengan Sang Buddha tetap pada sisi kanan mereka sambil bersikap anjali (merangkapkan kedua telapak tangan sebagai penghormatan), dan sambil menatap Sang Buddha yang berada di hadapan mereka, mereka meneteskan air mata menangis haru.


Kemudian Bhikku Sariputra yang bijak bangkit berdiri dari tempat duduknya, mengatur jubah dan merapihkannya dengan sisi bahu kanan terbuka. Dia mengetahui maksud pikiran dari Sang Raja Dharma dan mematuhinya dengan baik. Dia telah belajar kepada Buddha-Sang Raja Dharma dalam memutarkan roda Dharma sejati. Dia adalah Sang Panglima Dharma, pembantu utama wakil dari Sang Buddha. Sekarang setelah memberikan hormat dan sambil bersikap anjali kepada Buddha, berkat belas kasihnya kepada semua makhluk, dan dengan tujuan membebaskan mereka dari belenggu penderitaan, terinspirasi oleh keluhuran Buddha, dia lalu berkata kepada Sang Buddha, sbb :


“Oh Bhagawan yang mulia, beberapa saat yang lalu, ketika berada diatas puncak gunung, Sang Tathagata telah mengucapkan sebuah syair yang memuji seorang pria sebagai yang memiliki kebijaksanaan tertinggi di masa akan datang, yang mana hal menakjubkan ini tidak pernah terjadi sebelumnya (adbhuta Dharma), dalam kesempatan pembahasan lain manapun. Dengan air mata berlinang, semua makhluk yang hadir disini berkeinginan untuk mendengarkan Sang Tathagata menjelaskan, bagaimana Buddha di masa yang akan datang itu membuka jalan menuju sari keabadian. Menjelaskan tentang Sang Buddha Maitreya, menjelaskan kebajikan dan jasa yang dimiliki Buddha yang akan datang tersebut, kekuatan ajaibnya yang menakjubkan, dan keindahan dari negeri Buddhanya. Menjelaskan oleh sebab akar kebajikan utama apa, pengendalian sila, dana amal, samadhi, kebijaksanaan, atau kearifan pandangan yang bagaimana, sehingga seseorang menjadi berkesempatan untuk berjumpa dan melihat Sang Buddha Maitreya. Dan dalam keadaan batin bagaimana, seseorang seharusnya ketika melatih jalan mulia beruas delapan.”


Ketika Bhikku Sariputra telah mengajukan pertanyaan ini, ratusan ribu tidak terhitung banyaknya para dewa dan Brahma bersama-sama, dengan sikap hormat sambil beranjali, melontarkan pertanyaan yang sama secara serentak. Mereka berkata kepada Buddha:


“Oh, Bhagawan yang mulia, kami semua berharap dimasa yang akan datang akan berkesempatan untuk berjumpa dan melihat Buddha Maitreya, seseorang yang akan mendapat berkah termulia diantara dewa dan manusia, seseorang yang akan menerangi, dan yang telah melihat jelas ke-3 alam (kama loka, rupa brahma loka, arupa brahma loka). Semoga Bhagawan berbaik hati dan berbelas kasih menjelaskan kepada semua makhluk bagaimana seseorang menjadi mungkin untuk dapat melihat Buddha Maitreya dimasa akan datang.”


Delapan jenis makhluk bukan manusia, dengan hormat beranjali, juga memohon dengan sangat, melontarkan pertanyaan yang sama kepada Tathagata.


Kemudian, para Maha Brahma dan Brahma bersama-sama dengan beranjali memuji Sang Buddha serentak dalam satu suara :


“Kami semua mengambil perlindungan kepada Ia yang wajah-Nya bercahaya cemerlang seperti bulan purnama yang terang. Ia yang memiliki dasa bala ( 10 kekuatan). Sang Panglima dengan kekuatan maha besar, yang sangat berani dan tanpa ketakutan, Dialah Sang Maha Tahu, yang melampaui 3 alam. Ia telah memperoleh 3 kekuatan luar biasa dan menaklukkan mara. Tubuhnya adalah bahtera Dharma, pikirannya seperti ruang kosong, penuh ketenangan dan tidak tergoyahkan. Ia memandang ada (pancaskanda-unsur pembentuk makhluk) sebagai tiada (tiada inti diri-tidak melekat pada panca skanda), dan tiada sebagai ada. Ia dengan menyelami sendiri menyadari Dharma kesunyataan (kekosongan absolut/ tiada inti diri), dan telah dipuji para suciwan serta seluruh umat di dunia. Dengan satu maksud dan bersama-sama sekarang juga kami semua berlindung kepada Buddha. Semoga Sang Bhagawan segera memutarkan roda Dharma.”



Saat itu, Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Sariputra :

“Sang Tathagata sekarang akan menjelaskan kepada mu. Dengarkanlah dengan seksama dan renungkanlah baik-baik. Saat ini, dengan sebuah hati kebaikan yang indah, engkau telah menanyakan kepada-Ku tentang penerangan sempurna yang tidak tertandingi (anuttara samyaksambodhi) dari Tathagata dan kebijaksanaan agung-Nya. Hal ini telah dimengerti sepenuhnya oleh Sang Tathagata seperti seseorang yang melihat jelas buah mangga yang berada di atas telapak tangannya sendiri.”


Lebih lanjut, Sang Buddha Sakyamuni memberitahukan kepada Sariputra :


“Jika seseorang berkesempatan mendengar nama para Buddha dalam negeri tujuh Buddha terdahulu (Sapta Atita Buddha : Buddha Vipasyi, Buddha Sikhi, Buddha Visabhu, Buddha Krakucchanda, Buddha Kanakamuni, Buddha Kasyapa, dan Buddha Sakyamuni), memuja Buddha, dan memberikan persembahan kepada-Nya, lalu karena sebab demikian seluruh rintangan akibat karma buruknya akan terhapuskan.


Lebih jauh dia akan mendengar pondasi dasar maha cinta kasih dari Sang Buddha Maitreya dan memperoleh pikiran yang murni. Sekarang sambil beranjali dengan penuh perhatian, kalian semua sudah semestinya mengambil perlindungan kepada Ia yang terpaling bercinta kasih dan berbelas kasih dimasa akan datang. Sang Tathagata akan segera menguraikan Dharma ini kepada kalian.” :


“Negeri Murni Buddha Maitreya akan terbentuk dari kebaikan-kebaikan termurni. Di sana tidak ada rayuan yang bersifat menjilat dan sikap munafik (bermuka dua; berpura-pura), yang ada hanyalah perbuatan memberi dana, menjaga ajaran dan kebijaksanaan. Manusia yang terlahir di dalam negeri Buddha-Nya tidak akan dipengaruhi ataupun melekat pada apapun juga. Mereka akan menghiasi keindahan tanah suci Buddha Maitreya dengan Dasa Maha Ikrar (10 janji suci/sila) yang agung. Seluruh makhluk yang memiliki hati nurani cemerlang, lemah lembut, baik, serta ramah, akan berkesempatan untuk diterima oleh Buddha Maitreya sang maha pengasih dan akan dilahirkan kembali di tanah suci-Nya. Mereka akan mampu untuk menaklukkan indriyanya dan mengikuti ajaran Buddha.


Oh Sariputra, air dari 4 maha samudera akan surut sebanyak tiga ribu (3.000) persegi yojana. Jambudvipa akan menjadi seluas sepuluh ribu (10.000) persegi yojana. Tanahnya akan sehalus dan sebersih permata lapis lazuli dan dihiasi dengan bunga-bunga yang serasi, menyenangkan, sangat harum semerbak, seperti bunga udumbara, bunga mahkota emas, bunga mahkota tujuh mustika, bunga mahkota perak. Rumbai-rumbai benang sarinya sehalus benang sutra surga. Pepohonan di dalam hutan akan menghasilkan bunga-bunga, dan buah-buah yang mana kemanisan rasanya, keindahannya, ukuran, dan kelimpahannya melampaui semua yang dihasilkan di dalam taman surga kesenangan milik Raja Dewa Sakka. Pepohonan itu akan sangat tinggi. Kota-kota besar dan kecil akan sangat dekat jaraknya satu dengan lainnya, bahkan ayam-ayam dapat berterbangan melintasi garis perbatasan antara satu kota dengan kota lainnya dengan begitu mudahnya.


Seluruh umat yang menanam akar kebajikan dan melatih kebaikan bercinta kasih dalam negeri Buddha dari Buddha Sakyamuni akan dilahirkan kembali ke dalam negeri Buddha Maitreya sebagai balasan karma baik mereka. Mereka akan bijaksana dan terhormat. Mereka akan memiliki pelaksanaan dari 5 sila (panca sila : melatih diri tidak membunuh dan menyakiti makhluk lain, tidak mencuri, tidak berzinah, tidak berdusta, menghindari zat yang melemahkan kesadaran), dan hidup dalam kebahagiaan, aman serta terjamin. Mereka tidak akan menderita karena penyakit atau dari sembilan kesukaran. Mereka akan menikmati umur yang sangat panjang, jangka kehidupan mereka adalah 84.000 tahun, tanpa kematian dini sebelum waktunya. Tubuh mereka akan 160 kaki tingginya, dan mengalami kebahagiaan yang sangat luarbiasa setiap hari, serta dianugerahi keahlian teknik-teknik Samadhi tingkat tinggi sebagai balasan karma baik mereka. Hanya ada 3 hal (penyakit), yang akan mengganggu mereka : pertama-makan dan minum, kedua-buang air besar dan kecil, ketiga-penuaan. Para gadisnya belum akan menikah sebelum sampai usianya 500 tahun.




Di negeri Buddha tersebut, terdapat sebuah ibu kota yang megah bernama Kedumati, lebar dan panjangnya 1200 yojana, dan tinggi benteng pembatas kotanya 7 yojana. Kota besar tersebut sangat indah sekali karena penuh dihiasi dengan 7 mustika ( suvarna-emas, rupya-perak, vaidurya-permata lazuardi, sphatika-permata kristal, pravada-bunga karang, musaragalva-indung mutiara, dan asmagarbha-akik ).




Kemudian, di dalam Kota dari semula tidak ada mendadak muncul secara ajaib menara agung dari 7 mustika, yang mana sangat menakjubkan dan murni.



Diantara jendela-jendelanya terlihat berdiri banyak gadis-gadis cantik jelita yang luhur, masing-masing terhiasi dengan jaring halus mutiara mustika di tangannya. Kepala mereka dihiasi dengan berbagai mustika yang menyerupai hiasan mahkota. Lonceng-lonceng indah tergantung di mana-mana dan mengeluarkan alunan suara yang sangat merdu saat digerakkan oleh semilir angin.


Lebih jauh, terdapat 7 barisan pepohonan indah yang mengelilingi kota. Diantara baris pohon-pohon terdapat parit dan selokan yang terbuat dari 7 mustika, sehingga air dengan 8 kebaikan yang mengalir melaluinya tampak bercahaya dalam beragam warna, dan pepohonan disekitarnya pun saling memantulkan cahaya tersebut, menjadikan keseluruhannya nampak sangat indah. Pada persimpangan-persimpangan, aliran air ini mengalir perlahan, dan tidak pernah saling mengganggu satu dengan lainnya. Kedua tepian dari selokan, parit, maupun sungai ditutupi oleh pasir emas murni. Semua jalan di ibu kota, kota pengiring, dan desa adalah 12 mil lebarnya, selalu sebersih jalan-jalan di dalam taman surga, dan tampak dihiasi dengan beragam mustika.





Terdapat sesosok Raja Naga yang perkasa bernama Tarasikhih, yang memiliki kebajikan dan kekuatan yang besar. Ia tinggal di dalam danau besar nan indah yang berada di dekat kota. Istana megahnya menyembul muncul ke atas air di tengah danau, dan bentuk istananya serupa menara agung dari 7 mustika. Saat menjelang tengah malam, ia sering menjelmakan dirinya ke dalam bentuk manusia, mengisi jambangan berkah mustika dengan minyak wewangian, dan memercikannya merata di atas tanah berdebu. Sehingga hasilnya tanah menjadi basah, selembut dilumasi dan ditutupi lapisan minyak, dan ketika orang berjalan di atasnya tidak menimbulkan debu.


Karena pembalasan karma baik dari kebajikan penduduknya, maka di sepanjang setiap jalan kota serta desa terdapat pilar-pilar bercahaya dari perhiasan permata berkilau. Cahaya pilar itu lebih terang dari sinar mentari, dan menyinari ke-4 arah, sejauh 80 yojana. Kilauannya tampak dalam cahaya emas yang termurni. Karena kemilau cahaya tersebut tidak terdapat perbedaan antara siang dan malam. Dibandingkan dengan kemilaunya, maka cahaya lampu minyak dan lilin seperti suram. Angin dengan keharuman bunga surgawi berhembus melalui pilar-pilar cahaya, lalu menurunkan hujan kalung-kalung mulia. Pemakainya akan secara alami mengalami kebahagiaan.

Di mana-mana terdapat tumpukan emas, perak, dan mutiara, yang menjulang tinggi sebesar gunung cahaya yang agung. Gunung-gunung mustika termurni ini mengeluarkan kemilau cahaya yang menyinari ke setiap sudut kota. Semua orang yang terkena cahaya akan terberkahi dan memperoleh pikiran bodhi.


Ketika itu, sesosok Yaksa mulia perkasa bernama Bhadrapadasaska selalu setia melindungi kota Kedumati beserta penduduknya siang dan malam, ia juga senantiasa menjaga keseluruhan kota itu tetap murni dan bersih. Ketika penduduknya ingin buang hajat di tempat-tempat tertentu yang sesuai peruntukannya, maka bumi dengan sendirinya akan terbelah untuk menerima kotoran, dan kemudian akan segera tertutup kembali. Lalu, secara ajaib sekuntum bunga teratai merah yang harum akan tumbuh diatas tanah tersebut untuk menutupi bau yang tidak sedap.




Di waktu itu, saat penduduknya menjadi tua, mereka akan pergi menuju ke dalam hutan. Di sana sambil duduk bersila bermeditasi di bawah rindangnya pepohonan, dalam ketenangan dan kenyamanan, sambil melantunkan pujian nama Buddha, mereka mencapai akhir hidup mereka. Setelah meninggal, kebanyakan akan terlahir kembali di dalam kemegahan surga brahma, sebelum akhirnya mencapai penerangan Buddha.

Negerinya damai, tentram, dan aman. Tidak ada tekanan-tekanan seperti yang disebabkan oleh musuh, perampok ataupun pencuri. Dalam kota dan desa tidak terdapat pintu gerbang yang ditutup. Juga tidak ada penderitaan seperti yang disebabkan oleh wabah penyakit, banjir, kebakaran, perang, kelaparan, keracunan, maupun bahaya lainnya. Penduduknya semuanya bermartabat, sopan, dan harmonis. Mereka senantiasa mengendalikan kegunaan indriya mereka dengan baik. Mereka saling memperlakukan satu dengan lainnya bagaikan anak mencintai ayahandanya ataupun seperti ibunda mencintai anaknya. Mereka berkata-kata dalam ucapan yang lemah lembut dan penuh keramahan. Kesemua kebaikan ini disebabkan oleh kemuliaan ajaran kebajikan Sang Maitreya. Berdasarkan pencapaian hasil latihan sila mereka atas sila melatih diri menghindari pembunuhan, menghindari menyakiti makhluk lain, dan menghindari memakan daging, maka mereka yang terlahir dalam tanah suci tersebut akan dikaruniai ketenangan indriya dan keelokan penampilan. Mereka semua akan tampak semulia dewa dan dewi muda di surga.


Lebih rinci, terdapat 84.000 kota yang lebih kecil sebagai kota pengiring dari ibu kota utama Kedumati, yang terletak di tengah-tengahnya. Secara ajaib para pria dan wanita, tua dan muda, merasa dekat satu dengan lainnya sekalipun mereka nyatanya sedang hidup terpisah jauh. Hal ini karena kekuatan ajaib yang menakjubkan dari Sang Buddha, sehingga mereka dapat melihat satu dengan lainnya tanpa terhalang.

Mutiara-mutiara mustika pemenuh harapan yang bercahaya kemilau di malam hari, tersebar di seantero penjuru. Lalu dari langit turun hujan bunga-bunga 7 mustika, bunga-bunga padma, bunga-bunga utpala, bunga-bunga kumuda, bunga-bunga pundarika, bunga-bunga mandarava, bunga-bunga maha mandarava, bunga-bunga manjusaka, dan bunga-bunga maha manjusaka. Bunga-bunga istimewa ini tersebar ke seluruh penjuru negeri, dan ketika tertiup oleh hembusan angin, bunga-bunga ini tampak berputar-putar di langit membentuk lingkaran-lingkaran rangkaian bunga yang sangat indah.




Waktu itu di dalam negeri Buddha, semua kota besar, kota kecil, desa dan taman memiliki kolam buatan, sungai, ataupun kolam alami yang terisi dengan air yang memiliki 8 kebaikan alami. Beragam burung, seperti burung dua kepala, angsa, bebek mandarin, merak, nuri, pekakak, sarika, kunala, mengeluarkan suara kicauan yang merdu sekali. Selain itu masih terdapat beragam burung lain yang tak terhitung jenis dan jumlahnya berkicau mengeluarkan alunan suara merdu seperti musik yang indah. Seluruh burung-burung istimewa itu bersama-sama bermain di dalam hutan-hutan dan kolam-kolam.

Di mana-mana terhampar hamparan bunga-bunga cahaya emas murni, bunga-bunga cahaya matahari bijak yang tidak perlu dirawat dan murni, bunga-bunga putih 7 hari keharuman yang segar, bunga-bunga campa 6 warna, dan ratusan ribu bunga-bunga istimewa lain, juga tumbuh di atas air dan tanah. Bunga-bunga berwarna hijau akan memancarkan cahaya hijau, bunga-bunga berwarna kuning akan memancarkan cahaya kuning, bunga-bunga berwarna merah akan memancarkan cahaya merah, bunga-bunga putih akan memancarkan cahaya putih. Seluruh bunga-bunga itu memiliki keharuman dan kemurnian yang tidak tertandingi. Bunga-bunganya mekar siang dan malam, dan tidak pernah tampak layu.


Selain itu, terdapat pula pohon-pohon buah pemenuh harapan di seluruh negeri, keharuman dan keindahannya yang khas tidak dapat diperbandingkan. Di atas gunung-gunung yang agung, pepohonan harum tersebut memancarkan cahaya emas murni keseluruh penjuru negeri. Keharuman dari pepohonan istimewa tersebut sangat menyenangkan, dan menyelimuti segala yang ada dalam keharumannya.


Ketika itu, Jambudvipa selalu diliputi nuansa keharuman yang menyenangkan, seperti nuansa keharuman pegunungan. Juga air sungai yang mengalir jernih, terasa sangat segar dan memiliki rasa manis yang sangat lembut. Hujan pun senantiasa turun secara teratur. Di dalam hamparan ladang-ladang surgawi, nasi yang harum akan masak di alam terbuka dengan sendirinya ketika masih berada di tangkai-tangkainya. Dengan kekuatan dewata akan ada 7 kali panen dengan satu kali tanam, dan sedikit saja usaha akan membawakan panen yang berlimpah. Tanaman biji-bijian seperti padi-padian dan gandum akan tumbuh dengan bulir-bulir murni tanpa ditutupi kulit sekam. Kesemuanya ini merupakan balasan karma baik masa lampau dari penduduknya. Beragam makanan ketika dimakan akan segera tersarikan begitu memasuki mulut, yang mana memiliki ratusan rasa istimewa, dan memiliki keharuman dan kelezatan yang tidak dapat diperbandingkan, serta dapat membuat pemakannya penuh dengan kekuatan segera.


Di dalam negeri Buddha tersebut, bertakhta seorang Maharaja Dunia pemutar roda cakra kebijaksanaan (cakravarti) yang bernama Sankha. Ia memiliki ke-4 jenis pasukan, tetapi tidak memerintah ke-4 benua dengan kekuatan kekerasan, melainkan dengan kebenaran. Tubuhnya memiliki 32 ciri manusia agung. Ia memiliki 1.000 putra perkasa, kesemuanya tampan dan gagah berani. Kepadanya musuh-musuh menyerah atas kehendak mereka sendiri.


Sang maharaja dunia akan memiliki 7 permata (berkah mulia) seorang adiraja, yaitu : pertama-roda cakra emas yang tampak di angkasa (roda cakra kebijaksanaan maharaja dunia), lengkap dengan poros, gandar, dan 1.000 jerujinya ; Kedua-seekor gajah putih mulia yang seputih gunung salju, dan tampak seagung gunung sumeru saat berdiri kokoh dengan ke-4 kakinya ; Ketiga-seekor kuda merah perkasa, dengan bulu tengkuk dan ekor yang juga berwarna merah, serta kuku berlapis ladam dari 7 mustika, dan ketika berjalan bunga-bunga akan bermunculan secara ajaib ; Keempat-sebuah mutiara mustika termurni, yang memiliki lebar diameter lebih dari rentangan dua lengan, yang memancarkan kemilau cahaya cemerlang dan sangat menarik untuk dipandang, yang dapat memenuhi harapan penduduknya dengan limpahan harta mulia ; Kelima-seorang permaisuri cantik jelita yang luhur, ia memiliki wajah yang sangat cantik jelita dan keelokan tubuh yang luar biasa indah, serta tubuhnya sangat lembut seperti tanpa tulang, kulitnya sangat halus, tanpa noda dan bercahya keemasan ; Keenam-seorang bendaharawan, yang mampu memberikan harta mustika mulia keluar dari mulut, kaki dan tangannya ; Ketujuh-seorang panglima, yang pada saat diperlukan mampu membuat 4 jenis pasukan muncul dari langit dalam jumlah besar seperti kumpulan awan yang berarak.



Ke-1000 orang putranya dan penduduk seluruh penjuru negeri, saling memandang satu dengan lainnya tanpa keinginan jahat, mereka saling mengasihi seperti seorang ibu mencintai anaknya. Lalu di dekat istana kerajaan, 1.000 putra maharaja masing-masing menggunakan perhiasan mulia milik mereka untuk membangun menara dari 7 mustika, yang memiliki 30 tingkat dan 13 yojana tingginya, dilengkapi dengan 1.000 puncak berkilau dan roda yang memungkinkan untuk berpergian kemanapun dengan mudah.

Selain itu, akan ada 4 gudang (tempat penyimpanan) harta yang besar, masing-masing dilengkapi dengan 400 juta gudang harta tambahan lain yang lebih kecil, yang mengitari gudang harta utama. Di Gandhara akan ada gudang harta Maha Evata, di Metira akan ada gudang harta Maha Panchuka, di Surata akan ada gudang harta Maha Pingala, di Benares (tempat pertapaan para resi yang lampau) akan ada gudang harta Maha Sankha. Semua tempat penyimpanan harta yang besar ini akan mengeluarkan berkas cahaya dengan alami. Gudang harta utama tersebut masing-masing 1000 yojana panjang dan lebarnya, dan dipenuhi oleh beragam mustika istimewa. Tiap dari gudang harta utama itu memiliki 400 juta gudang harta kecil yang mengitarinya. Ke-4 Maha Naga menjaga 4 gudang harta utama beserta seluruh gudang harta yang lebih kecil. Ketika ke-4 maha naga ini muncul sesuai keinginan mereka sendiri, mereka akan menampilkan diri mereka dalam wujud bunga teratai (padma) yang indah. Sehingga banyak orang yang pergi menyaksikan keindahannya.



Waktu itu, tidak akan ada penjaga manusia untuk harta-harta ini. Ketika orang-orang melihat harta tersebut mereka tidak akan mengharapkannya, tetapi meninggalkan mereka begitu saja di atas tanah seolah harta tersebut adalah ubin, batu, rumput, kayu, dan bongkahan tanah. Mereka yang melihat harta di atas tanah tersebut meninggalkannya begitu saja, dan saling berkata satu dengan lainnya : “seperti sabda Buddha, para makhluk di masa lampau menyakiti diri mereka sendiri dengan kejam hanya untuk harta ini. Lebih jauh mereka mencuri, merampok, menipu, berbohong. Hasilnya mereka dengan cepat menambah penderitaan dalam samsara, dan bahkan sampai terjatuh ke dalam neraka besar.

Lebih rinci, langit kota Kedumati akan terhiasi dengan jaringan cahaya kemilau yang indah dan kotanya dipenuhi lonceng-lonceng mulia. Digerakkan oleh angin yang semilir, lonceng-lonceng akan mengeluarkan suara dentangan yang lembut seperti dentangan merdu lonceng di kuil. Suaranya terdengar mengajarkan orang-orang untuk mengambil perlindungan dalam Buddha, Dharma, dan Sangha.



Kemudian, ketika itu di dalam kota, terdapat seorang brahmana luhur yang bernama Subrahmin (Subrahma) dan seorang brahmana wanita luhur bernama Brahminbhadra (Brahmawati), keduanya berwatak baik, yang mana Sang Bodhisattva Maitreya pilih untuk menjadi kedua orang tua-Nya. Nama Beliau adalah Ajita, nama keluarga suku-Nya adalah Maitreya. Bahkan ketika Bodhisattva (Dewa Nath) turun dari surga Tusita dan masih berada di dalam rahim ibu-Nya, Ia terlihat sedang duduk bersila menekuni samadhi dalam miniatur istana surgawi. Ia mengeluarkan cahaya terang tanpa noda. Tubuhnya bagaikan emas termurni, dan memiliki 32 tanda ciri khas manusia agung, dan terlihat sedang bersamadhi di atas takhta bunga teratai permata. Tidak ada satupun yang merasa lelah untuk menatap keindahan-Nya. Kemilau cahaya-Nya tidak dapat ditatap secara langsung dan belum pernah dilihat sebelumnya oleh para manusia maupun dewa sebelumnya. Tenaga fisik-Nya tidak terbatas. Setiap bagian dari tubuh-Nya melampaui semua naga-naga dan gajah-gajah perkasa dalam kekuatan. Berkas cahaya tidak terkira memancar dari pori-pori Nya, menyinari benda-benda yang tidak terhingga banyaknya tanpa terintangi. Cahaya dari matahari, bulan, bintang, air, api, dan perhiasan mulia, kesemuanya tampak lenyap, sehingga benda-benda tersebut terlihat kusam bagaikan debu layaknya.


Beliau hidup di 4 istana selama 8000 tahun yaitu Sirivaddha, Vaddhamana, Siddhattha, dan Chandaka, Beliau menikah dengan Chandamukhi dan mempunyai putra bernama Brahmavaddhana. Sebelum mencapai penerangan sempurna, Bodhisattva Maitreya merenungkan dengan penyelidikan tentang kesalahan 5 noda nafsu keinginan di dalam dunia saha. Dengan kebijaksanaan-Nya Ia melihat bahwa para makhluk telah sangat lama menderita dan tenggelam dalam panjangnya arus samsara yang dahsyat, sehingga mereka menjadi sangat memprihatinkan. Dengan penuh perhatian dan pikiran terpusat, Ia merenungkan tentang penderitaan (dukkha), kekosongan (sunyata), dan ketidakkekalan (anica) dari samsara, dan merasa tiada kebahagiaan sejati di dalam hidup berumah tangga. Ia menjadi merasa muak dan penuh tekanan dalam hidup berumah tangga seolah terpenjara.


Selanjutnya Beliau akan meninggalkan keduniawian setelah melihat 4 tanda. Kemudian suatu ketika, Maha Raja Sankha dan para menterinya beserta para penduduk terpandang di kota itu bersama-sama memberikan persembahan kepada Bodhisattva Maitreya sebagai hadiah. Hadiah tersebut terbuat dari 7 mustika, yang terdiri dari 1.000 tenda indah terhiasi 7 mustika, 1.000 kendaraan emas mulia terhiasi 7 mustika, 100 milyar kain spanduk indah terhiasi 7 mustika, 1.000 perkakas emas mulia terhiasi 7 mustika, dan 1.000 perhiasan permata terhiasi 7 mustika. Namun, setelah menerima hadiah tersebut, Bodhisattva Maitreya memberikan hadiah itu kepada para brahmana yang luhur. Segera setelah para brahmana luhur menerima persembahan dana tersebut, mereka membaginya secara adil agar masing-masing mendapatkan bagiannya. Ketika itu, mereka melihat bahwa Bodhisattva Maitreya dapat membuat mahadana yang luar biasa, sehingga mereka semua merasa kagum. Kemudian, menyadari hadiah 7 mustika pun tidaklah kekal, Bodhisattva Maitreya mengetahui bahwa semua kondisi bersyarat (dharma) akan lenyap dan musnah. Ia merenungkan akan ketidakkekalan dan lalu memuji inti sari termurni Dharma tentang ketidakkekalan, yang telah disabdakan oleh Buddha yang lampau, dalam syair sbb :


“Semua fenomena adalah tidak kekal,

itu semua adalah dharma yang muncul dan lenyap, ketika muncul dan lenyap tidak ada lagi,

itulah berkah abadi Nibbana.”


Sehabis mengucapkan syair ini, Ia kemudian pergi meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi petapa untuk mengungkapkan kebenaran sejati. Sesuai tekad-Nya Ia akan pergi duduk bersila di atas takhta bodhi permata yang berada di bawah Pohon Bodhi Bunga Naga dalam Taman Hutan Bunga.




Lebih rinci, Pohon Bodhi tersebut memiliki dahan yang penampilannya nampak seperti naga yang agung dan menghasilkan bunga-bunga dengan 100 perhiasan. Tiap dari cabangnya dalam warna 7 mustika. Terhiasi dengan buah-buah beragam warna yang memiliki berbagai rasa istimewa sesuai harapan makhluk. Tinggi dari Pohon Bodhi akan 50 yojana, dahannya dan daun-daunnya memancarkan berkas cahaya terang beragam warna ke berbagai arah sehingga terlihat sangat indah, yang mana keseluruhan keagungan dari Pohon Bodhi menjadi tidak dapat ditandingi pohon lain di dunia dewa dan manusia.


Kemudian, Bodhisattva Maitreya pergi ke takhta Bodhi, bersama-sama dengan 84.000 orang brahmana luhur. Lalu Ia memotong sendiri rambut-Nya, melepaskan kehidupan berumah tangga, dan mulai mempelajari kebenaran sejati. Di pagi hari Ia duduk bersila di atas takhta kemenangan di bawah Pohon Bodhi dan menekuni Samadhi dengan tekad bulat untuk mencapai pencerahan, dan dengan luar biasa ketika saat menjelang malam Ia berhasil menaklukkan mara (ke-5 jenis mara) beserta seluruh pasukannya serta mencapai penerangan agung sempurna tidak tertandingi (anutara samyaksambodhi).




Saat Sang Bodhisattva berhasil menjadi Buddha, segera Ia mengucapkan syair kemenangan ini :

“Aku telah berpikir lama tentang penderitaan makhluk, dan mencoba membebaskan mereka tanpa berhasil.

Sekarang Aku telah mencapai pencerahan, tidak ada lagi rintangan untuk-Ku.

Juga, Aku telah mengerti bahwa makhluk (panca skanda/ 5 unsur pembentuk makhluk: tubuh, kesadaran, pencerapan, perasaan, bentukan kehendak pikiran) adalah kosong (tiada inti diri), walaupun alaminya makhluk adalah nyata ada, namun tidak ada darinya yang dapat dianggap sebagai aku-diriku, demikian bebas dari kemelekatan.

Aku tidak akan lagi khawatir atau gelisah, dan tidak membutuhkan syarat untuk melimpahkan

cinta kasih dan belas kasih-Ku.

Dahulu dengan pikiran untuk membebaskan kalian semua, Aku telah memberikan dana sejumlah tidak berhingga dari kerajaan, kota, kepala, mata, istri, anak, tangan, dan kaki-Ku.

Dan sekarang Aku telah mencapai Keterbebasan, Nibbana yang tidak tertandingi.

Aku akan menjelaskan kepadamu, dan terbuka lebarlah jalan menuju sari keabadian.

Semua buah karma baik yang luar biasa seperti ini adalah hasil dari pelaksanaan ke-6 paramita, yaitu : dana, sila, kesabaran, semangat, samadhi, kebijaksanaan.

Juga tercapai melalui kebajikan tak bernoda dari maha kebajikan dan belas kasih.”


Setelah selesai mengucapkan pekik kemenangan ini, Ia kembali duduk berdiam dalam keheningan. Kemudian para raja dewa, naga, yakha, dan dewa angkasa, tanpa memperlihatkan diri mereka, menurunkan hujan bunga surga, sebagai persembahan kepada Buddha baru tersebut, seketika itu seluruh milyaran dunia di semesta bergetar dengan lembut dalam 6 arah sebagai ungkapan haru. Tubuh agung Buddha Maitreya saat itu tiba-tiba mengeluarkan berkas cahaya terang yang menyinari sejumlah dunia tidak terhingga banyaknya dalam alam semesta, sehingga semua makhluk yang dapat diselamatkan akan dapat melihat Buddha tanpa terintangi.


Setelah dewasa dan mencapai penerangan sempurna, tubuh agung Maitreya akan setinggi (sesuai ukuran manusia saat itu) 80 rentangan lengan, dada-Nya akan 25 rentangan lengan, dan wajah-Nya akan 12,5 rentangan tangan. Hidung-Nya mancung sempurna, lurus, dan berada tepat di tengah wajah-Nya. Ia sangat tampan tidak tertandingi, keseluruhan tubuh-Nya terhiasi dengan ke-32 tanda ciri khas keistimewaan seorang manusia agung, dan dari masing-masing tanda ciri khas utama tersebut dilengkapi oleh 84.000 tanda tambahan istimewa, dan dari tiap tanda tambahan istimewa tersebut memancarkan berkas cahaya, yang menjangkau 1.000 yojana, sehingga Ia tampak sebagai Buddha bercahya keemasan. Ke-dua mata-Nya jernih dan indah, dengan sempurna jelas terbagi antara lingkaran selaput pelangi mata yang berwarna biru rami, dan latar putih. Lingkaran berkas cahaya aura permanen melingkari tubuh agung-Nya dan menjangkau sampai 100 yojana. Sehingga matahari, bulan, bintang, mutiara, dan barisan pohon 7 mustika, saling memantulkan kilauan cahaya agung Buddha Maitreya, dan tidak terdapat cahaya lain yang digunakan. Buddha Maitreya tinggi dan luar biasa indah dalam penampilan tubuh-Nya bagaikan gunung emas yang agung. Semua yang melihat-Nya akan terbebas dari 3 pandangan keliru akan keinginan yang melekat (3 tanha: kamma tanha = keinginan nafsu indriya, bhava tanha = keinginan menjadi,abhava tanha = keinginan tidak menjadi).

Kemudian para Brahma, Raja Dewa Sakka-devanamindra dari surga trayatrimsa, ke-4 Raja Dewa dari surga catumaharajika, dan dewa-dewa lain tidak terhitung banyaknya memberikan sembah hormat kepada Buddha Maitreya, dengan wajah mereka menyentuh tanah di dalam taman tersebut. Dengan kedua telapak tangan beranjali, mereka memohon pemutaran roda Dharma.


Lalu Buddha Maitreya tersenyum dan menyetujui permohonan tersebut dengan berdiam diri. Selanjutnya Buddha Maitreya memberitahu Sang Brahma :


“Aku telah mengalami berbagai penderitaan dan kesukaran sangat lama bagaikan malam yang panjang untuk melatih ke-6 paramita hingga hari ini.

Sekarang Aku merasa terpuaskan di dalam lautan Dharma.

Aku telah membangun payung perlindungan Dharma, menabuh genderang Dharma, meniup terompet kerucut kerang Dharma, dan menurunkan hujan Dharma.

Ini hanyalah masalah waktu, untuk-Ku menjelaskan Dharma kepada kalian.

Roda Dharma 8 jalan mulia yang diputar oleh Buddha, tidak akan bisa diputar oleh dewa atau makhluk dunia manapun.

Kebenaran ini universal, akan menuntun secara langsung kepada keadaan tidak bersyarat, yang bebas rintangan, ialah Nibbana.

Yang akan mengakhiri malam panjang penderitaan bagi semua makhluk.

Dharma Buddha ini sulit untuk ditemukan, sukar dicapai ataupun disadari, sulit dipercaya ataupun dimengerti.

Tiada satu makhluk pun di seluruh dunia dapat mengetahui ataupun melihatnya dengan jelas, kecuali mereka yang telah menyucikan pikirannya dari semua noda, dan telah menyelesaikan pencapaian dari 10.000 latihan murni yang menghasilkan penerangan.”


Ketika Ia mengucapkan pernyataan ini, sejumlah bilangan besar, para Brahma, para dewa dan dewi dari semesta lain datang dengan mengendarai istana surgawinya, sambil berdiri dengan sikap hormat beranjali dan memegang bunga surga dan dupa di tangan, sebagai persembahan kepada Tathagata. Mereka mengitari Buddha Maitreya berulang kali pada sisi kanan mereka, menyembah-Nya dengan sepenuh hormat, dan dengan beranjali mereka memohon Buddha untuk segera memutarkan roda Dharma. Seketika secara ajaib semua instrument musik permata surgawi mengeluarkan alunan suara merdu tanpa ada yang memainkannya, sebagai penghormatan kepada Buddha.


Saat itu para Brahma dengan perasaan belas kasih kepada seluruh makhluk , mengutarakan permohonannya kepada Sang Buddha Maitreya, sbb :


“Waktu yang tidak terhitung lamanya telah tersia-siakan, dikarenakan tidak adanya Buddha. Para makhluk telah terjatuh pada pandangan keliru akan kemelekatan. Ketika Sang Mata Dunia menghilang 3 pandangan keliru kemelekatan telah berkembang dengan subur dan jalan ke surga tampak tertutup selamanya. Namun hari ini, Buddha telah muncul di dunia, 3 pandangan keliru kemelekatan akan dihancurkan dan jumlah makhluk surga akan meningkat. Kami memohon Buddha segera membuka gerbang menuju sari keabadian, sehingga para makhluk pikirannya dapat terbebaskan dari noda kemelekatan dan segera mencapai nibbana. Kami semua para Brahma telah mendengar bahwa Buddha akan muncul di dunia, dan sekarang kita semua telah berkesempatan berjumpa sang Buddha, Sang Raja Dharma tiada banding. Istana para Brahma dalam surga Brahma akan semakin bertambah kemegahannya, dan cahaya tubuh para Brahma akan lebih gemilang. Demi seluruh makhluk di seluruh penjuru, kami memohon Sang Maha Guru, untuk segera membuka gerbang menuju sari keabadian, dan memutar roda Dharma tiada banding.”


Setelah mengutarakan permohonan semesta ini, mereka memberikan sembah hormat kepada Sang Buddha Maitreya dengan wajah mereka menyentuh tanah di dalam taman. Lagi, dengan sikap hormat beranjali, dengan kesungguhan hati mereka mengulangi permohonan mereka kepada Sang Buddha, sbb :


“Semoga Sang Bhagawan segera memutar roda Dharma yang indah pada awalnya, indah pada tengahnya, dan indah pada akhirnya. Sehingga akan mengikis habis akar penderitaan para makhluk, guna menjaga mereka jauh dari 3 akar kesalahan, dan untuk menghancurkan perbuatan tidak bermanfaat (akusala) mereka yang membuat mereka terjatuh oleh 5 jenis mara.”



Lalu dengan penuh cinta kasih, Sang Bhagawan tersenyum kepada para Brahma, dari mulut-Nya terpancar keluar berkas cahaya 5 warna yang sangat indah begitu pula dengan tubuh agung Buddha juga bercahaya gemilang, Ia menyetujui permohonan tersebut dengan berdiam diri. Setelah mengetahui Sang Buddha Maitreya, telah menyetujui permohonan, maka seluruh dewa dan manusia diliputi kegembiraan yang mendalam. Mereka begitu kegirangan tampaknya, seperti anak kandung yang menyaksikan ayahanda terkasih yang baru meninggal tiba-tiba hidup kembali. Sebagai ungkapan syukur, mereka mengitari Buddha pada sisi kanan mereka berulang kali dan dengan kekaguman tidak terbatas, mereka kembali berdiri di satu sisi, sesuai kedudukan masing-masing.




Ketika itu, semua orang berpikir bahwa : “Sekalipun jika seseorang terberkahi hingga dapat menikmati kepuasan luar biasa dengan ke-5 indriyanya selama ribuan milyar tahun lamanya, ia tetap tidak terpisah dari penderitaan pada akhirnya karena 3 pandangan kemelekatan, bahkan istri, anak, sanak keluarganya dan keberuntungan tidak akan bisa menyelamatkannya dari kejatuhan ke dalam penderitaan. Oh, sungguh dunia adalah tidak kekal, begitu juga hidup tidak dapat dipertahankan selamanya. Sungguh bijaksana kiranya bila kami melatih kebaikan murni dalam Buddha Dharma sekarang juga.” Setelah memikirkan ini, lagi mereka renungkan, sbb : “Bahkan jika seseorang karena berkah sangat luar biasa memungkinkannya untuk dapat terus-menerus menikmati kepuasan dengan ke-5 indriyanya selama bilangan banyak kalpa tidak terhitung, ataupun ditambah pula juga menikmati umur jangka kehidupan yang sangat luar biasa panjang milyaran tahun tidak terhingga (hingga 84.000 maha kalpa) dalam ketenangan seperti para dewa arupa brahma dalam alam surga arupa brahma tanpa pikiran, dan ataupun juga masih ditambah pula dengan memuaskan diri mereka sendiri terus-menerus dengan kasih sayang dari wanita cantik jelita (ataupun pria gagah tampan rupawan, bagi wanita) yang jumlahnya tidak terhitung untuk merasakan kenikmatan dari kelembutan dan halusnya sentuhan tubuh.


Oh sesungguh-sungguhnya kesemuanya inipun akan lenyap juga pada akhirnya, dan ia akan terjatuh karena 3 pandangan kemelekatan, untuk selanjutnya harus mengalami penderitaan yang tidak terbayangkan hebatnya. Kesemua kebahagiaan, kegembiraan, kesenangan yang ia dulu telah nikmati hanya akan seperti ilusi semata-mata, tidak akan berarti apa-apa baginya sekarang. Ketika ia dengan terpaksa harus menuju ke neraka, di sana ia hanya akan menemukan panas kobaran api besar maha dahsyat, berkobar dengan ganasnya di mana-mana. Di neraka, ia akan mengalami berbagai penderitaan tidak terperikan secara terus-menerus selama ratusan milyar tahun tidak terbayangkan, dan menemukan tiada jalan untuk terbebas dari siksaan neraka yang demikian mengerikan. Dan dalam kegelapan malam hari yang sangat panjang seperti ini, sesungguhnya adalah sangat sulit sekali untuk dapat terbebas dari berbagai siksaan dan kesukaran. Oh, sekarang kita telah berkesempatan bertemu Sang Buddha, dengan tekad bulat kita harus berlatih Dharma dengan sepenuh semangat.”


Pada saat itu, Maha Raja Sankha di istana adirajanya mengetahui bahwa Sang Maitreya telah mencapai penerangan agung tertinggi, dan menjadi Buddha di bawah naungan Pohon Bodhi Bunga Naga di Taman Hutan Bunga, ia pun merenungkan hal yang sama seperti semua orang itu, lalu Maha Raja Sankha terinspirasi oleh Buddha, dan menyatakan dengan lantangnya ungkapan pernyataan yang mewakili pikiran semua orang dalam syair, sbb:


“Sekalipun jika seseorang menikmati kebahagiaan luar biasa terlahir di surga, kesemuanya itu akan lenyap pada akhirnya, dan segera ia akan terjatuh ke neraka, dan merasa seperti telah dilempar paksa ke atas kobaran api membara. Sesungguhnya kita semua harus secepatnya meninggalkan kehidupan berumah tangga, untuk mempelajari Buddha Dharma guna mencapai kesucian dan keterbebasan.”

Sehabis mengungkapkan tekadnya tersebut, maka Maha Raja Sankha diikuti 84.000 menteri pengiringnya beserta lindungan Ke-4 Raja Dewa dari surga catumaharajika bergegas pergi menuju ke Taman Hutan Bunga. Di sana ia menjumpai Buddha Maitreya sedang duduk bersila di bawah Pohon Bodhi Bunga Naga, segera ia dan pengiringnya memberikan sembah hormat kepada Buddha dengan takjimnya, kemudian mereka memohon untuk di tahbiskan dan diterima dalam Sangha Bhikku, ketika itu Buddha merestuinya. Sesegera ia dan pengiringnya mengangkat kepala mereka, helai-helai rambut mereka jatuh terlepas dengan sendirinya, dan jubah bhikku terpasang di tubuh mereka secara ajaib lengkap dengan perlengkapannya, sehingga mereka menjadi pertapa saat itu juga.


Setelah menerima Maha Raja Sankha beserta 84.000 menteri pengiringnya masuk dalam Sangha bhikku, Buddha hendak menuju kota Kedumati untuk memutar roda Dharma. Dengan dihormati dan disertai oleh Bhikku Sankha, 84.000 bhikku, dan para bhikku lainnya, juga oleh ke-8 jenis makhluk bukan manusia (asta gatyah) serta para dewa lainnya, maka Buddha Maitreya pun memasuki gerbang kota Kedumati. Saat Ia Sang pemilik dasa bala (10 kekuatan) melangkah masuk menapak dan melewati gerbang kota Kedumati, dunia saha tergetar lembut dalam 6 arah, dan seketika seluruh tanah di Jambudwipa berubah warna menjadi emas. Lebih menakjubkan tanah di pusat kota Kedumati mendadak ditutupi lapisan permata berlian secara ajaib.


Kesemua takhta permata yang dulu digunakan para Buddha yang lampau tiba-tiba muncul disana, beserta gambaran para Buddha (Buddha nirmita) yang masing-masing sedang duduk bersamadhi di atasnya. Di bumi dan di langit barisan pohon permata muncul dengan sendirinya, dari langit bunga-bunga permata indah surgawi melayang-layang berjatuhan turun seperti hujan, dan terlihat para raja naga dan pengiringnya memainkan dengan merdu beragam alat musik surga, Bunga-bunga indah surgawi bermunculan keluar dari mulut serta pori-pori mereka dan menghujani bumi dengan bunga-bunga indah tersebut, sebagai persembahan kepada Buddha.


Kemudian sambil duduk di atas takhta permata, Sang Buddha Maitreya memutar roda kebenaran Dharma, beliau membabarkan berbagai Dharma luhur, seperti : 4 kebenaran mulia (catvari aryasatya, yaitu dukkha = derita, samudya = asal-usul derita, nirodha = akhir derita, marga aryasatya = cara mengakhiri derita dengan 8 jalan mulia); ke-37 faktor menuju penerangan agung { bodhi pakkhiya dhamma : 4 landasan perhatian murni [cattaro sati patthana = perhatian benar berdasarkan perenungan terhadap tubuh , perasaan , kesadaran-pikiran , objek pikiran-fenomena ], 4 usaha benar [cattaro sammappadana = usaha untuk tidak memunculkan pikiran buruk yang belum muncul, usaha untuk melenyapkan pikiran buruk yang telah muncul, usaha untuk memunculkan pikiran baik yang belum muncul, usaha untuk mengembangkan pikiran baik yang telah muncul untuk diwujudkan menjadi kenyataan], 4 dasar kekuatan batin adialami [cattaro iddhipada = mengembangkan dasar kekuatan batin yang dihasilkan meditasi berdasar keinginan , semangat , kesadaran , penyelidikan - yang kesemuanya masing-masing disertai usaha-usaha perjuangan ], 5 indriya spiritual [panca indriyani = keyakinan, perhatian, semangat, meditasi, kebijaksanaan], 5 kekuatan spiritual [panca balani = keyakinan, perhatian, semangat, meditasi, kebijaksanaan], 7 faktor pencerahan [satta bojjhanga = perhatian murni, penyelidikan fenomena, semangat, kegiuran, ketenangan, konsentrasi, keseimbangan batin], 8 ruas jalan mulia [ariya atthangika magga : pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar, meditasi benar] } ; ke-12 mata rantai hukum sebab akibat saling ketergantungan (dvadasanga pratitya samutpada : ‘kegelapan batin menimbulkan bentukan karma, bentukan karma menimbulkan kesadaran, kesadaran menimbulkan batin-jasmani, batin-jasmani menimbulkan 6 indriya, 6 indriya menimbulkan kontak, kontak menimbulkan sensasi-perasaan, sensasi-perasaan menimbulkan keinginan-kemelekatan, keinginan-kemelekatan menimbulkan keinginan untuk menjadi, keinginan untuk menjadi menimbulkan penjelmaan, penjelmaan menimbulkan kelahiran, kelahiran menimbulkan usia tua, penyakit, kesedihan, kekecewaan, tekanan, penderitaan, kematian’), dan sebagainya.


Ketika Roda Dharma untuk pertama kalinya diputar oleh Sang Buddha Maitreya, dunia terguncang lembut dalam 6 arah sebagai penghormatan terhadap Buddha Dharma. Tubuh agung Buddha memancarkan cahaya istimewa yang mana di dalam cahaya tersebut suara agung Buddha dengan sangat luar biasa dapat menjangkau seluruh milyaran dunia dalam alam semesta, hingga dua kali jumlah tersebut, melampauinya sehingga menjadi tidak terbatas, bahkan terdengar jelas sampai turun ke Neraka Avici tingkatan alam yang terendah, dan terdengar jelas sampai naik ke Surga Akanistha Brahma yang tertinggi dari Brahma Loka, tanpa terintangi apa pun.


Takjub menyaksikan apa yang barusan terjadi saat Roda Dharma diputar untuk pertama kalinya oleh Buddha Maitreya, ke-4 Raja Dewa dari Surga Catumaharajika yang mana masing-masing memimpin bilangan tidak terhitung banyaknya makhluk bukan manusia, dengan penuh perasaan kagum, mereka memuji dengan lantang sambil berdiri dengan sikap hormat beranjali, sbb :


“Seketika Matahari Buddha muncul, maka Hujan Dharma akan turun. Sekarang mata dunia telah terbuka, ke-8 jenis makhluk bukan manusia semuanya yang memiliki Jodoh Buddha akan dapat mengetahui Buddha Dharma.”


Selanjutnya penuh perasaan kagum yang sama, Para Dewa dari Surga Trayatrimsa, Surga Yama, Surga Tusita, Surga Nirmanarati, Surga Paranirmitavasavartin, dan Surga Brahma, sambil berdiri dengan sikap hormat beranjali di tempat masing-masing, juga memuji dengan lantang, sbb :


“Oh, Matahari Buddha muncul di dunia, untuk memberikan Hujan Dharma. Sekarang mata dunia baru saja terbuka, semua makhluk yang memiliki Jodoh Buddha akan mengetahui Buddha Dharma.”


Saat itu, tampak para Raja Naga, 8 jenis makhluk bukan manusia, serta para dewa penunggu gunung, pohon, tumbuhan, rumput, air, angin, api, bumi, kota, rumah, dan lainnya, kesemuanya bergembira dan menyanyikan merdu, sorak sorai nyanyian riang gembira, memuji Buddha Dharma dengan gegap gempita.


Lebih jauh, Sang Buddha Sakyamuni kembali menjelaskan :

“Ketahuilah, sesungguhnya bilangan kumpulan siswa dari Buddha Maitreya kelak, sangatlah besar. Setelah membabarkan ajaran-Nya, terdapat 84.000 brahmana pandai yang bijaksana, dengan sesepuhnya bernama Sudana, seperti Suatta yang menjadi sesepuh sekarang ini pada masa Buddha Sakyamuni, para brahmana tersebut setelah meninggalkan kehidupan berumah tangga, juga mengikuti langkah Maha Raja untuk ditahbiskan menjadi bikkhu guna mempelajari jalan dari Buddha Dharma. Lagi, terdapat 2 pria bersaudara ialah Resdhata dan Purana, mereka juga menjadi bhikku bersama dengan 84.000 orang lainnya. Lagi, terdapat 2 orang maha menteri yang dicintai dan dipandang penting oleh Maha Raja, bernama Brahmadana Mallika dan Sumanna, juga menjadi bhikku dalam Buddha Dharma bersama 84.000 orang lainnya. Lagi, Sang Puteri terkasih dari Maha Raja Dunia bernama Smivati, ialah sebagai Upasika Visakha sekarang ini pada masa Buddha Sakyamuni, juga ditahbiskan menjadi bhikkuni bersama dengan 84.000 orang wanita lainnya. Lagi, Seorang Pangeran tersohor putra dari Maha Raja Sankha, ialah sebagai anak dari Sesepuh Devavana sekarang ini pada masa Buddha Sakyamuni, juga ditahbiskan menjadi bhikku bersama dengan 84.000 orang lainnya. Lagi, saudari dari Buddha Maitreya, anak dari Sang Brahmana, bernama Sumati yang bijak dan memiliki akar spiritual baik, ialah sebagai anak dari Bhikkuni Uttarabhadra sekarang ini pada masa Buddha Sakyamuni, juga ditahbiskan dalam Sangha Buddha bersama dengan 84.000 orang lainnya. Sesungguhnya diantara ke-1.000 orang putera dari Maha Raja Sankha, hanya akan ada 1 orang yang tinggal untuk mewarisi takhta kerajaan dan menjadi Adiraja Dunia, sedangkan ke-999 orang putera lainnya akan menjadi bhikku guna mempelajari Buddha Dharma bersama dengan 84.000 orang lainnya. Oh, semua milyaran tidak terhitung orang seperti ini, sejak melihat dengan kebijaksanaan akan penderitaan dunia, dan 5 unsur pembentuk sosok makhluk sedang terbakar api nafsu keinginan, akan ditahbiskan menjadi bagian dari Sangha, mempelajari Dharma dari Budha Maitreya. (*Yang akan menjadi para pengikutnya yang luar biasa adalah dua saudaraNya Isidatta (Resdhata) dan Purana; Jatimitta dan Vijaya diantara pengikut pria; dan Suddhana, Sanghaa dan Visakhaa diantara pengikut wanita. Yang akan menjadi murid-murid utamaNya diantara para bhikkhu adalah Asoka dan Brahmadeva; dan diantara para bhikkhuni adalah Paduma dan Sumana. Siha akan menjadi pembantu pribadiNya). Kemudian, dengan penuh cinta kasih, Buddha Maitreya bersabda kepada kumpulan sangat besar tersebut, sbb :


“Hari ini, kalian semua bukanlah datang kepada-Ku hanya untuk kegembiraan terlahir di surga, ataupun hanya sekedar untuk kebahagiaan hidup saat ini saja, tetapi melainkan untuk memperoleh berkah abadi pembebasan Nibbana. Sesungguhnya seluruh dari kalian telah menanam akar kebajikan dalam Buddha Dharma. Oh, Buddha Sakyamuni yang mulia telah rela muncul dalam dunia saha 5 kekeruhan. Ia telah mengarahkan para siswa-Nya dalam berbagai cara dan mengajarkan Dharma, namun Ia menyadari belum berhasil mempengaruhi banyak kesemua siswa-Nya, sebagian siswa yang lebih matang secara spiritual telah berhasil terbebas, tetapi sebagian lagi yaitu kalian, yang mana masih memerlukan banyak masa untuk berkembang secara spiritual telah Ia ajarkan tentang kondisi Buddha yang akan datang di masa depan, sehingga kalian dapat berjumpa dengan-Ku dan menjadi siswa-Ku, sekarang ini pada masa-Ku Buddha Maitreya.”

“Diantara mereka, telah Aku terima sekarang ini sebagai murid-Ku, ketahuilah beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka membaca, melantunkan berulang-ulang, dan dengan pasti memahami sutra, vinaya, dan abhidhamma, serta mengajarkan dharma kepada yang lain, memuji tentang kebenaran, dan telah menyebabkan yang lainnya untuk berlatih Dharma. Lagi, beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka memberikan yang lainnya makanan dan pakaian, menekuni berdana amal, dan mengembangkan kebijaksanaan. Lagi, beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka mendanakan alat musik dan musik, panji, tenda dan tempat bernaung, bunga, dupa, dan alat penerangan, kepada Buddha. Lagi, beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka mendanakan makanan sehari-hari bagi Sangha Bhikku, membangun vihara untuk mereka, menyediakan 4 kebutuhan pokok bagi mereka (jubah, makanan, tempat tidur, dan obat-obatan), menjaga 8 sila (attha sila : melatih diri tidak membunuh dan menyakiti makhluk lain; tidak mencuri; tidak berzinah; tidak berdusta; menghindari zat yang melemahkan kesadaran; makan satu kali sehari sebelum tengah hari menghindari makan setelah lewat tengah hari; tidur dilantai dengan alas tempat tidur yang rendah menghindari tidur di tempat tidur yang mewah; menghindari memakai perhiasan, kosmetik, ataupun menonton pertunjukan hiburan), dan mengembangkan cinta kasih. Lagi, beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka merasakan kasih yang dalam dan berbelas kasih kepada makhluk-makhluk lain yang sedang dalam kesengsaraan dan yang baru saja menjalani kesengsaraan sebelumnya, sehingga makhluk-makhluk tersebut memperoleh kebahagiaan karenanya. Lagi, beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka menekuni berdana, melatih kesabaran, dan mengembangkan hati cinta kasih yang murni. Lagi, beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka membangun vihara untuk Sangha Bhikku di 4 persimpangan raya agar dapat hidup bebas, mengadakan pertemuaan untuk mengajarkan dharma, dan menyediakan makanan bagi kumpulan tersebut. Lagi, beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka menekuni berdana, mempelajari dharma secara luas, mengembangkan samadhi dan kebijaksanaan murni. Lagi, beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka membangun pagoda, membangun stupa dan memberikan persembahan bagi relik-sarira Buddha dan siswa suci Buddha, dan senantiasa mempertahankan tubuh Dharma Buddha dalam pikirannya. Lagi, beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka menyelamatkan orang yang sedang dalam bahaya-wabah-bencana-musibah, kemiskinan, kesepian tanpa sanak keluarga, perbudakan, menderita hukuman undang-undang karena difitnah, ataupun yang menderita karena karma buruknya sehingga mengalami 8 kemalangan. Lagi, beberapa telah datang untuk terlahir dalam negeri Buddha-Ku karena mereka dengan kemampuannya telah mempertemukan kembali mereka yang terpisah namun saling mengasihi, membawakan keharmonisan bagi mereka yang sedang menderita karena perang saudara karena masalah tertentu.”


Setelah bersabda, Ia memuji Buddha Sakyamuni dengan lantang, sbb :


“Sempurna! Ini adalah sungguh sempurna bahwa, di dalam dunia saha 5 kekeruhan,

Ia dapat mengajarkan begitu banyak ratusan ribu juta makhluk jahat untuk mengembangkan akar kebaikan, sehingga mereka dapat terlahir di negeri Buddha-Ku!”



Sehabis memuji Buddha Sakyamuni dalam cara ini sebanyak 3 kali, kembali Buddha Maitreya mengatakan syair berikut ini :

“Oh, Ia adalah Sang Maha Guru yang terpaling sabar, Sang Pahlawan gagah berani, yang telah mampu mengajarkan dan mematangkan makhluk-makhluk jahat dalam dunia saha 5 kekeruhan, sehingga memungkinkan mereka untuk berlatih Dharma dan berjumpa Buddha.

Ia mengemban beban tanggung jawab, demi kebebasan seluruh makhluk, sehingga rela melalui berbagai penderitaan, guna memungkinkan mereka semua memperoleh berkah abadi dan tidak terkondisi, Nibbana.

Ia telah mengajarkan murid-murid Nya yang berjodoh dengan-Ku untuk datang kepada-Ku.

Sekarang Aku mengajarkan Dharma 4 kebenaran mulia kepada kalian

Aku pun juga mengajarkan ke-37 faktor penerangan, Nibbana yang menakjubkan, Ke-12 sebab akibat saling ketergantungan.

Kalian harus segera merenungkan yang tidak terkondisi dan memasuki tingkatan tanpa keberadaan bersyarat, kekosongan absolute dari nafsu, yang teguh dalam kesucian.”


Lalu selanjut-Nya, Ia memuji sejumlah sedikit makhluk masa lampau yang telah mampu melaksanakan hal-hal sulit seperti menjaga sila, dan menampilkan beragam kebaikan ketika mereka tengah terlahir dalam dunia saha 5 kekeruhan, ialah masa dimana dunia penuh dengan kekecewaan, kejahatan, keserakahan, kemelekatan nafsu keinginan, iri hati, kemarahan, kekeliruan pandangan, kebingungan, dan umur jangka kehidupan yang pendek. Ia berkata dengan lantang, sbb :

“Betapa tidak biasanya mereka!”


Ia melanjutkan sabdanya, sbb :

“Saat itu, kebanyakan orang lainnya tidak menghormati dan mengenali orang tua mereka sendiri, petapa, atau pun brahmana. Mereka tidak mengetahui Dharma. Mereka saling menyakiti satu dengan lainnya dan berada dekat di ambang bencana perang. Mereka terbenam dalam-dalam oleh kenikmatan dari 5 indriyanya. Mereka penuh kecemburuan, sikap menjilat, tidak jujur, kegelisahan pikiran, tingkah laku menyimpang, munafik bermuka dua, menolak untuk bersimpati dan berbelas kasih. Mereka bahkan saling membunuh satu dengan lainnya. Mereka tidak menghormati guru, mereka juga tidak lagi mengenali teman baik mereka, bahkan merasa tidak perlu untuk membalas kebaikan orang lain. Terlahir di dunia saha dalam kurun 5 kekeruhan, mereka melakukan beragam kejahatan dan sama sekali tidak merasa malu. Melalui 6 periode waktu sehari semalam tiap harinya, mereka terus-menerus melakukan berbagai karma buruk, dan tidak pernah merasa lelah untuk berbuat kejahatan. Mereka dengan lengkapnya melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat, yang bukan kebajikan, dan sesungguhnya mereka tengah mengakumulasi timbunan sebab yang dalam untuk menuju 5 kesengsaraan. Keinginan mereka sangat banyak, seperti halnya lapisan sisik seekor ikan raksasa, yang tidak akan pernah terpuaskan. Bahkan sesama anggota sanak keluarga dan orang-orang dari kelompok yang sama tidak saling menolong satu dengan lainnya. “


“Oh, betapa sempurnanya Buddha Sakyamuni! Dengan penuh kepandaian, melalui semua maha kebaikan, maha belas kasih, tingkah laku yang sangat lembut, dan maha kebijaksanaan-Nya!

Ia memberitahukan kebenaran, kepada para makhluk yang tengah tertekan, bahwa Aku Sang Maitreya akan datang untuk kemudian membebaskan mereka.

Adalah sangat langka dan sungguh sulit, untuk berkesempatan berjumpa Maha Guru dengan Kebijaksanaan tertinggi seperti Buddha Sakyamuni di dunia ini.

Ia senantiasa merasa prihatin terhadap para makhluk di dunia saha ini.

Dengan tujuan menyeberangkan mereka dari samudera penderitaan, dan mengusahakan untuk membuat mereka memperoleh kedamaian, keselamatan, serta manfaat Dharma secara alami.

Demi membebaskan kalian semua, Buddha Sakyamuni telah melatih berbagai jenis pertapaan berat selama berasankheya kalpa yang tidak terhitung lamanya, ketika sebagai Bodhisattva!

Ia telah memberikan kepala-Nya, memotong telinga-Nya, hidung-Nya, serta tangan dan kaki-Nya, dan melalui berbagai penderitaan dalam melatih 8 jalan mulia, demi kemajuan dan kebebasan seluruh makhluk!.”


Ketika itu, Buddha Maitreya membabarkan Dharma untuk memuaskan bilangan makhluk tidak terhitung dalam cara ini, sehingga mereka semua bergembira. Para makhluk saat itu, dipenuhi dengan kebenaran Dharma dalam pikiran, ucapan dan tubuh mereka. Pada masa itu terdapat pula sejumlah orang siswa Buddha yang memiliki maha kebajikan dan maha kebijaksanaan diantara yang lainnya, mereka ini pun jg dihormati, dipercaya, dan dikagumi oleh para dewa dan manusia.


Dan kemudian dalam tujuan untuk membuat para makhluk mengetahui penderitaan dalam masa lampau mereka, serta untuk membuat mereka merenungkan bahwa 5 kenikmatan indriya adalah tidak murni yang merupakan sumber dari penderitaan, juga demi memungkinkan mereka untuk melenyapkan kekhawatiran, kesedihan, iri hati, dan merenungkan bahwa penderitaan dan kesenangan keduanya adalah tidak kekal. Ia menjelaskan kepada mereka semua bahwa tubuh, perasaan, pencerapan, bentukan pikiran, dan kesadaran, kesemuanya sesungguhnya adalah tiada inti diri, tidak kekal, dan menyebabkan penderitaan, karenanya Buddha mengajarkan untuk menghindari pandangan adanya inti diri, bagian sebagai inti diri, inti diri ataupun bagiannya sebagai milik.


Ketika Buddha selesai bersabda, dalam persamuan dharma pertama yang sangat besar ini terdapat bilangan 9,6 milyar orang terbebaskan dari semua kemelekatan akan dharma berkondisi, serta berhasil mengikis habis seluruh noda batin mereka, dan menjadi Arahat (dalam hal ini Sravaka Buddha : siswa Buddha yang mencapai penerangan melalui dharma Buddha, terbebas dari noda batin, serta dapat mengajarkan dharma penerangan kepada makhluk lain, namun terbatas dalam berbagai hal bila dibandingkan Samyaksambuddha-yaitu yang mencapai penerangan agung tertinggi), mereka teranugerahi dengan 3 pengetahuan istimewa, 6 abhinna (kekuatan batin adialami), dan 8 pembebasan. Lagi, terdapat 360.000 dewa dan 200.000 dewi dipastikan akan mencapai penerangan sempurna di masa akan datang. Lagi, terdapat pula diantara bilangan banyaknya makhluk dari kumpulan 8 jenis makhluk bukan manusia, yang mana beberapa diantara mereka mencapai tingkat kesucian pertama menjadi sotapana (pemenang arus dharma : mereka yang meyakini sepenuh hati kepada Buddha, Dharma, Sangha; menyadari upacara pemujaan semata tidak dapat menghasilkan kesucian; menyadari tidak adanya inti diri) dan paling banyak terlahir 7 kali lagi sebelum mencapai Arahat, beberapa juga menanamkan sebab dasar untuk mencapai Pratekya Buddha (yang mencapai penerangan melalui usaha sendiri ketika di dunia tidak ada Buddha, Dharma, Sangha; dengan memutuskan belenggu kegelapan batin dari 12 sebab-akibat hukum saling ketergantungan, tetapi tidak dapat mengajarkan makhluk lain untuk memperoleh penerangan) di masa akan datang, beberapa juga memperoleh pikiran Bodhi dan tidak akan mundur dalam usaha mencapai penerangan sempurna di masa akan datang. Jumlah bilangan dari kumpulan para makhluk ini adalah begitu sangat besar dan tidak terhitung.


Lalu, waktu tepat sesaat ketika bulan muncul dikelilingi oleh bintang-bintang, maka dengan disertai kumpulan besar bhikku Arahat yang berjumlah 9,6 milyar orang, juga bhikkhu maha raja Sankha beserta 84.000 bhikkhu menteri dari maha raja Sankha, dan juga kumpulan besar bhikkhu lainnya. Sang Buddha Maitreya pergi menuju Ibukota Kedumati, dan kembali menuju Menara Pembabaran Dharma dalam Taman Hutan Bunga.


Di Jambudwipa ketika itu, para raja dan sesepuh beserta seluruh pengikut dan penduduk dari ke-4 kasta bersama-sama dari kota besar, kota kecil, dan desa, seluruhnya datang untuk berkumpul bersama di dalam Taman Hutan Bunga, guna mendengarkan pembabaran dharma dari Buddha Maitreya. Di sana sambil duduk di atas takhta permata di bawah pohon bodhi, Sang Bhagawan kembali membabarkan dharma luhur seperti 4 kebenaran mulia dan 12 mata rantai sebab-akibat hukum saling ketergantungan kepada kumpulan persamuan dharma kedua yang sangat besar tersebut. Ketika setelah pembabaran dharma, terdapat bilangan 9,4 milyar orang terbebaskan dari semua kemelekatan akan dharma berkondisi, serta berhasil mengikis habis seluruh noda batin mereka, dan menjadi Arahat, mereka teranugerahi dengan 3 pengetahuan istimewa, 6 abhinna (kekuatan batin adialami), dan 8 pembebasan. Lagi, terdapat pula diantara bilangan banyaknya makhluk dari kumpulan para dewa dan 8 jenis makhluk bukan manusia dari semesta lain, yang mana banyaknya bagaikan jumlah butiran pasir dari sejumlah 6,4 juta sungai gangga, mereka dipastikan akan mencapai penerangan sempurna di masa akan datang, dan telah berdiam dalam tingkatan tanpa kemunduran.


Ketika malam semakin larut sebelum menjelang subuh, Sang Bhagawan kembali membabarkan dharma luhur seperti 4 kebenaran mulia dan 12 mata rantai sebab-akibat hukum saling ketergantungan kepada kumpulan persamuan dharma kedua yang sangat besar tersebut. Ketika setelah pembabaran dharma, terdapat bilangan 9,2 milyar orang terbebaskan dari semua kemelekatan akan dharma berkondisi, serta berhasil mengikis habis seluruh noda batin mereka, dan menjadi Arahat, mereka teranugerahi dengan 3 pengetahuan istimewa, 6 abhinna (kekuatan batin adialami), dan 8 pembebasan. Lagi, terdapat pula diantara bilangan banyaknya makhluk dari kumpulan para dewa dan 8 jenis makhluk bukan manusia sejumlah 3,4 juta makhluk memperoleh pikiran bodhi dan tidak akan mundur dalam usaha mencapai penerangan sempurna di masa akan datang.


Bersuka cita raja dewa sakra dengan ke-32 raja pengikutnya beserta rombongan besar dewa-dewi dari alam nafsu indriya, juga para dewa brahma disertai para dewa dari alam rupa jhana, melepaskan kalung permata & jubah permata surgawi dan menaburkan permata-permata tersebut sebagai persembahan kepada Buddha. Kemudian jubah-jubah permata surga berubah menjadi payung rangkaian bunga mustika, lalu terdengar alunan musik surgawi darinya. Lagu pujian tersebut terdengar sebagai pujian kepada kebajikan-kebajikan Buddha. Sementara itu terus turun hujan bunga surga dengan lebatnya, juga hujan kayu cendana dan berbagai jenis dupa wewangian lainnya, di jalan-jalan kota maupun desa, kain dan payung kebesaran tampak dimana-mana, beragam dupa wewangian bermutu terbaik dibakar, sehingga asap harum membumbung tebal seperti awan. Ketika Junjungan Dunia memasuki kota, dewa brahma dan indra, dengan hormat beranjali, memuji Sang Buddha dalam syair :


’Sang Maha Tahu, junjungan dewa dan manusia, yang tiada bandingan. Sungguh teramat langka kemunculan-Nya, Ia-lah Junjungan Dunia pemilik dasa bala. Ia-lah ladang berkah yang paling luar biasa. Mereka yang memberikan persembahan kepada-Nya akan segera terlahir di surga, di dalam jalan pembebasan yang mengarah kepada nibbana. Kami menyembah hormat kepada Yang Mulia yang penuh semangat, sembah hormat kami kepada Sang Guru terkasih’


Lalu raja dewa penjuru timur dhrtarastra, raja dewa penjuru selatan virudhaka, raja dewa penjuru barat virupaksa, dan raja dewa penjuru utara vaisravana, bersama dengan rombongan besar dewa-dewi pengikut mereka dari alam surga catumaharajika, sambil beranjali memuji Sang Junjungan Dunia, berseru :


’Sang Buddha tidak tertandingi diseluruh tiga alam. Ia indah dengan maha belas kasih-Nya dan kebenaran tertinggi. Ia memandang tiada inti diri dari individu dan segala fenomena, berdiam dalam perhentian nafsu, dengan penuh semangat mencapai keadaan tiada tanda dari perbuatan. Sekarang kami menyembah hormat kepada Sang Guru terkasih dengan kepala kami menyentuh tanah, dahulu ketika tiada Buddha para mahkluk menderita dalam samsara terjatuh dalam 3 pandangan kemelekatan untuk menjadi, sekarang Buddha telah muncul di dunia ini, untuk membebaskan dari penderitaan dan memberikan damai kebahagiaan. Terbebas dari kemelekatan para mahkluk menjadi suci dan mencapai nibbana, untuk itulah Sang Buddha pembebas derita paling berbelas kasih telah datang ke dunia untuk melimpahkan kebahagiaan. Ketika Ia sebagai bohisattva, selalu memberikan kegembiraan kepada semua mahkluk dengan tidak membunuh ataupun menyakiti, Ia sesabar bagaikan bumi. Sembah hormat kami kepada-Nya yang setelah terbebas dari samsara telah membebaskan semua mahkluk dari tekanan samsara, ajaib seperti teratai yang muncul dari api. Sang Buddha tiada bandingannya diantara dewa dan manusia’.


Kemudian Sang Buddha setelah selesai berpindapata bersama dengan rombongan besar bhikkhu sangha, kembali ke tempat kediaman-Nya, usai bersantap beliau bertekad memasuki samadhi yang dalam, Ia diam tidak bergerak selama 7 hari 7 malam.


Para siswa dari Buddha Maitreya memiliki penampilan tampan seperti mahkluk surga. Mereka hanya diletihkan oleh kelahiran, usia tua, sakit, dan kematian. Dengan pengetahuan mereka melindungi penyebaran dhamma Buddha. Dengan tekun melatih samadhi, mereka mampu meninggalkan nafsu dan kebencian seperti burung yang terbebas dari sangkar.



Selanjutnya, Sang Buddha Maitreya pergi ke gunung grdhrakuta bersama dengan umat awam adalah mereka yang masih berkeras kepala yang berasal dari dunia saha sebelumnya, beserta para siswa bhikkhu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, mereka mulai mendaki secara perlahan dan bertahap, setelahnya mencapai puncak gunung dan menapakkan tapak kaki mereka yang besar untuk menapaki punggung bukit, bumi bergetar lembut dalam 18 arah.


Di atas puncak gunung grdhrakuta, Buddha Maitreya membabarkan Dharma tentang kisah lampau dari Buddha Sakyamuni dan salah satu Siswa Utama Buddha yang Bernama Bhikkhu Maha Kasyapa, bahwa Buddha Sakyamuni telah menganugerahkan kehormatan yang luar biasa dengan menukarkan jubah rami-Nya yang tua dengan jubah Bhikkhu Maha Kasyapa, karena sang Buddha telah mengetahui setelah parinibbananya, Bhikkhu Maha Kasyapa akan mengadakan Persamuan Sangha untuk mempertahankan ajaran-Nya, Lebih lanjut Buddha Maitreya bersabda :

Ketika itu Buddha Sakyamuni menganugerahkan salah satu gelar Siswa Terbaik, kepada Bhikkhu Maha Kasyapa, sebagai berikut :"Para Bhikkhu, diantara para bhikkhu siswa-Ku, yang mempraktikkan dan menasehati yang lainnya untuk mempraktikkan dhutanga yang mulia (12 latihan kesederhanaan hidup petapa), yang meruntuhkan kotoran moral (kilesa), Kasyapa adalah yang terbaik",


Kemudian Buddha Maitreya melanjutkan sabdanya dengan dharma-dharma mulia lainnya. Setelah pembabaran terdapat 8 milyar orang yang mencapai kearahatan, dan tak terhitung dewa dan manusia yang memantapkan pikirannya dalam jalan penerangan dikemudian hari.


Sang Buddha Maitreya memerintahkan agar stupa dibangun untuk menghormati Bhikkhu Maha Kasyapa.

Setelahnya, Buddha Maitreya memujinya :’Bhikkhu Maha Kasyapa siswa terunggul dalam daya petapa dari Buddha Sakyamuni, memiliki kekuatan yang menakjubkan namun bebas dari keangkuhan. Berbelas kasih ia memberkahi semua mahkluk. Di dunia ini ia telah mencapai parinibbana’.


Penuh keajaiban berkumandang pujian kepada Buddha dan relik Maha Kasyapa :

’Ketekunan melatih samadhi adalah mustika, menjaga sila akan menunjang samadhi. Melaksanakan sila akan mencapai surga. Mencapai daya petapa mengarahkan ke pencapaian nibbana.’

Kemudian relik yang sejernih kristal kembali memasuki stupa.




Dimasa itu aula pembabaran dhamma memiliki panjang 100 yojana dan lebar 80 yojana. Di manapun mereka mendengarkan pembabaran dharma sosok cahaya Buddha Maitreya tampak di depan mereka dan membabarkan dharma khusus yang sesuai dengan kepribadian mereka masing-masing.


Buddha Maitreya memiliki jangka kehidupan 60.000 tahun. Ia berbelas kasih membabarkan dhamma-Nya agar semua mahkluk memperoleh mata dhamma. Setelah Ia parinibbana, para dewa dan manusia mengkremasi tubuh Buddha Maitreya. Kemudian Maharaja dunia membangun stupa agung untuk menghormati relik-Nya. Dharma ajaran murni-Nya akan bertahan selama 60.000 tahun dan dharma ajaran perkembangannya akan bertahan selama 20.000 tahun.”


Mengakhiri pembabaran dharmanya Buddha Sakyamuni bersabda :

"Kalian semestinya dengan rajin melatih diri kalian dalam 8 jalan mulia, menghindari kejahatan, menambah kebajikan, mensucikan niat pikiran, agar kalian dapat menatap cahaya Buddha Maitreya kelak.”


Ketika sang Buddha Sakyamuni selesai mengucapkan ini, Yang Mulia Bhikkhu Sariputra dan Bhikkhu Ananda, bangkit dari tempat duduk mereka, berlutut memberi hormat kepada Buddha dan bertanya : ’Junjungan Dunia, apa nama dari sutra ini (pembabaran dharma), bagaimana kami harus berlatih menurut ajaran ini?’

Sang Buddha memberitahu bhikkhu Ananda :

”Engkau harus mengingat dan melatihnya seperti yang telah kuuraikan, janganlah lalai dalam membabarkan dharma ini. Dharma ini dapat dinamakan *Sutra mengakhiri samsara dan rintangan karma, guna mengembangkan cinta kasih bersama Maitreya*, *Sutra mendengar dharma Buddha Maitreya agar terhindar dari pandangan salah dan kelahiran di alam menyedihkan, *Sutra pengembangan cinta kasih, menghindari pembunuhan, menyakiti maupun makan daging mahkluk hidup*, *Sutra Buddha sakyamuni mewariskan jubah*, *Sutra menghindari berbagai penderitaan dengan mendengar keagungan Buddha*, *Sutra Maitreya mencapai kesempurnaan Buddha*, engkau harus menerima dan menjaganya dengan nama ini.”


Sang Buddha kemudian bersabda kepada bhikkhu Sariputra :

”Setelah parinibbana-Ku (Sang Buddha), terdapat bhikkhu, bhikkhuni, upasaka, upasika, umat awam lainnya, dewa-dewi dan para mahkluk halus, bila mereka setelah mendengar sutra ini, kemudian berlatih sesuai ajaran dhamma-Ku, serta berbakti kepada Buddha, Dharma, dan Sangha, akan dapat secara bertahap melenyapkan rintangan karma buruknya dan mensucikan diri dari noda batin. Mereka akan berkesempatan berjumpa dengan Buddha Maitreya dan bila mereka inginkan dapat pula berjumpa dengan para Buddha di masa akan datang. Mereka juga akan dapat mencapai kesucian sesuai aspirasi mereka masing-masing (Pratekya Buddha, Sravaka Buddha, ataupun Samyak Sambuddha). Bagi wanita bila menginginkan, dapat pula terlahir sebagai pria dimasa mendatang. Mereka ini dimasa mendatang akan dapat meninggalkan kehidupan berumahtangga dan menjalani kehidupan suci guna mencapai pembebasan.”


Setelah mendengarkan dharma, seluruh yang hadir bergembira dengan apa yang disabdakan Buddha. Mereka dengan berbagai cara memberikan hormat kepada Buddha Sakyamuni, lalu setelahnya mereka kembali ke kediaman mereka masing-masing.




















































































































































































































































































































































1 comment:

  1. Slotz Casino Arizona Near Tucson - MapYRO
    The only place to play at 김해 출장샵 Slotz Casino Arizona. Free and 출장샵 fun Casino Property Map 거제 출장샵 and reviews of 용인 출장안마 all 공주 출장샵 land-based casinos in Arizona.

    ReplyDelete